BlackBerry BM akan Terus Hantui RI
Meski mengaku sempat kaget dengan maraknya BlackBerry black market (BM), tapi produsen RIM (Researh In Motion) menganggap tidak akan mempermasalahkan secara besar-besaran peredaran produk ilegal itu.
“Tidak hanya di Indonesia, saya rasa produk ilegal merupakan isu sensitif namun terus ada di pasar,” kata Hastings Singh, Director of Distribution Asia Pasific RIM saat ditemui di Hotel Grand Hyatt di Jakarta, kemarin.
Singh mengatakan RIM telah melakukan banyak cara untuk mencegah bertambahnya produk BM. Misalnya saja melalui edukasi, serta sosialisasi pentingnya dan tingginya, manfaat handset BlackBerry legal.
“Dengan meningkatkan pemasaran produk resmi, masyarakat memahami keuntungannya, kemudian beralih menggunakan handset resmi RIM,” ujar Singh. Untuk saat ini, tambah Singh fokus RIM adalah meningkatkan platform marketing serta distribusi untuk optimalisasi device. Masyarakat sudah dinilai cerdas memahami keuntungan produk legal, meskipun harganya lebih tinggi dibandingkan BlackBerry BM.
“Kami memahami bahwa di pasar ilegal, tentu saja harga lebih murah dibandingkan produk resmi dari RIM. Namun, harga tentu saja sebanding dengan benefit yang akan diterima. Contoh sederhananya pihak RIM pasti akan memberikan layanan maksimal bagi konsumen kami. Keuntungan luar biasa ini yang ingin ditanamkan ke masyarakat,” kata Paul Ringrose, Chief Financial Officer Brightpoint distributor BlackBerry di Asia Pasific.
Kanit I Indag Direktorat II Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Kombes Pol Toni Harmanto yang sering menangani pembajakan menilai, banyaknya handset BM yang beredar adalah kesalahan RIM.
Seharusnya barang yang rusak dan bermasalah itu dihancurkan atau dimusnahkan, tapi kenyataannya banyak yang masuk ke negeri China. “Barang yang rusak ini dibenerin. Terus dijual ke mana? Ya black market salah satunya Indonesia,” katanya.
Akibat peredaran BlackBerry BM itu yang paling besar dirugikan adalah masyarakat pengguna dan operator. Padahal masyarakat kebanyakan tidak tahu, handset yang dipakai sebelumnya sudah pernah rusak.
“Yang BM bisa lebih sering rusak daripada yang baru. Terus mereka lapor ke siapa? Operator nggak bisa karena nggak resmi. Operator juga rugi karena yang pakai BB BM kalau service lapor ke mereka. Intinya, operator terpaksa menerima laporan kerusakan yang harusnya mereka tidak terima. Kalau tidak dikerjakan, image operator di masyarakat bisa jadi jelek,” katanya.
Tony mengatakan, untuk mencegah maraknya peredaran BlackBerry BM, tidak ada cara lain selain menghancurkan produk yang sudah rusak. RIM juga bisa membuat sistem yang sama dengan handphone merek lain, sehingga ketimpangan harga tidak terlalu tinggi seperti sekarang.
Selain itu adanya lisensi resmi dan tidak resmi juga membingungkan masyarakat. “RIM juga tidak memiliki kantor di sini. Mereka seharusnya punya perwakilan di sini. Jadi semuanya bisa jelas,” katanya.
GM Direct Sales XL Handono Warih mengatakan kehadiran BlackBerry BM menambah pendapatan dari penggunaan layanan. Namun, XL sangat mendukung kebijakan pemerintah untuk menghentikan jual beli ilegal.
Handono menilai meskipun BlackBerry BM marak beredar, namun penggunaan BlackBerry bukan tergantung pada handset saja. Tapi lebih berdasarkan demand dan kebutuhan akan layanan.
“Ada program untuk membangkitkan keinginan masyarakat agar berpindah dari BlackBerry Black Market menjadi ke produk resmi. Atau jika ingin membeli, ya langsung membeli yang asli,” katanya.
Selain tidak mengkhawatirkan peredaran produk BM, RIM juga tidak mengkhawatirkan handset Android yang mulai masuk di Indonesia. RIM juga tidak menjadikan Android sebagai fokus marketing.
“Industri smartphone saat ini berkembang pesat. Tidak hanya Android, ke depan pasti ada lagi yang masuk ke Indonesia. Masyarakat Indonesia berhak memilih. Tapi kami akan terus mengoptimalkan device BlackBerry agar semakin diterima di masyarakat dengan perluasan distribusi,” ujar Hastings Singh
Komentar
Posting Komentar